Kisah Qarun Dalam Al-Qur'an Yang Melegenda Hingga Saat Ini 





Harta karun diartikan sebagai barang berharga dan berharga berupa uang, emas atau berlian. Harta karun ini diyakini tersebar di seluruh dunia di pulau-pulau dan terkubur di dalam tanah.

Mereka yang memperoleh harta ini pasti menganggap diri mereka beruntung. Jadi, siapa pun yang menemukannya dapat memilikinya.

Tapi mengapa itu harta karun? Apa arti dari harta karun itu sendiri? Ternyata ada asal usul dan ceritanya.

Kata Qarun berasal dari nama Qarun, seorang saudagar kaya dari Bani Israil. Karun sombong dan kejam pada masanya karena nafsu akan kekayaan. Nama asli Karun adalah Karun Bin Yashhar Bin Kahitu Bin Rawi Bin Yakub. Ia adalah saudara kandung dari ayah Nabi Musa, Imran bin Kahit. Saat itu, Karun hidup dalam keluarga miskin dan mengalami banyak kesulitan. Dia juga memiliki banyak anak untuk diberi makan. Sejak saudaranya Nabi Musa AS diutus sebagai Nabi oleh Allah SWT, Karun berkeyakinan jika Nabi Musa AS berdoa, Allah SWT akan segera mengabulkannya. Kemudian dia meminta Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar dia mendapatkan makanan dan kekayaan yang cukup.

Karun bahkan berjanji akan mengikutinya dan memperbanyak ibadahnya jika uangnya cukup. Nabi Musa AS setuju dan berdoa kepada Allah SWT. Doa Nabi Musa AS langsung dikabulkan oleh Allah SWT.

Harta pertama yang Allah SWT berikan kepada Qarun adalah berupa sapi mirip domba. Domba kemudian berkembang biak dengan cepat dan melahirkan banyak keturunan. Dia berhasil menjadi penggembala, sehingga Karun membeli banyak emas dan berlian. Kemudian dikumpulkan darinya hingga menjadi bukit.

Baca juga : Kisah Ummu Aiman, Sang Pengasuh Rasulullah SAW

Banyak sekali properti yang dimiliki Karun saat itu. Untuk menyimpan tumpukan emas, intan, dan barang berharga lainnya, Karun membangun seribu gudang dengan banyak gembok besi yang berat untuk menjaga kekayaannya. Untuk alasan keamanan, seorang pria jangkung juga mengelola kunci gudang.

Selain itu, Karun memiliki ribuan properti. Salah satunya adalah kemegahan dan kemegahan istana yang membuat kagum dan iri hati masyarakat saat itu.

Qarun awalnya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena selalu mengabulkan doa Nabi Musa AS. Dia kemudian memperluas ibadahnya lebih jauh. Namun, hingga akhirnya rejekinya bertambah, ia begitu sibuk menambah rejeki sehingga ibadah yang sebelumnya ia lakukan dengan begitu tekun pun terabaikan.

Selain mengabaikan ibadahnya, watak Qarun juga berubah menjadi sombong, angkuh, serakah dan sangat pelit.memerintahkan umat untuk membayar zakat. Bahkan Nabi Musa AS tidak melupakan Karun dan meminta bantuan seseorang untuk menjenguknya. Namun ketika Karun dimintai zakat, tiba-tiba dia marah dan menolak memberikannya. Karun tidak mau berpisah dengan hartanya. Melihat sifat pelitnya, Allah SWT pun murka kepadanya. Allah SWT kemudian mengiriminya malapetaka dan menyebabkan semua harta miliknya tenggelam ke dalam tanah.

Baca juga : 7 Cara Menghilangkan Bekas Jerawat Secara Alami

Karun memilih untuk menjaga kekayaannya bahkan melindunginya dari kehilangan sawah. Tidak ada yang membantunya. Sampai hari ini hartanya tersimpan di dalam negeri dan pasti tersebar kemana-mana. Saat itu, orang-orang dari seluruh dunia berlarian mencari harta karun ini.

Karena itu, kata harta menjadi terkenal. Istilah “harta karun” digunakan oleh orang-orang saat ini untuk menemukan harta karun yang ditinggalkan orang di masa lalu, seperti harta karun kuno yang tenggelam.

Kesombongan dan keserakahan Qarun juga disebutkan dalam kitab suci Alquran, ayat 79-82 Surah al-Kashash, kisah tentang Qarun yang tamak. Kisah itu juga mengajarkan kita untuk tidak tertipu oleh kekayaan duniawi.